Sabtu, 17 Mei 2014

Konsep Kependudukan di Indonesia

KONSEP KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

A.  PENGERTIAN PENDUDUK
Penduduk menurut UU.RI.No. 10 tahun 1992 yaitu orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas (jumlah) yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu/jangka waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan. Fokus perhatian demografi adalah perubahan beserta komposisi dan distribusi pendukung. Misalnya saja fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Kelima contoh ini akan terjadi secara terus menerus dan menentukan besar, komposisi dan distribusi penduduk yang bersangkutan. Perubahan-perubahan kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dipelajari dalam dinamika kependudukan (population dinamics).

B.  DINAMIKA KEPENDUDUKAN
1.    Pengertian
Dinamika penduduk yaitu suatu proses perubahan penduduk secara terus menerus yang mempengaruhi jumlah. Dinamika kependudukan merupakan perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
2.    Penyebab perubahan penduduk
Dinamika penduduk dipengaruhi beberapa faktor yaitu kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang berkembang di masyarakat. Dari berbagai penyebab tersebut dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan tidak langsung.
a.    Penyebab langsung
Penyebab langsung pertumbuhan penduduk adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara langsung tanpa melalui variabel antara lain kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk.
Hubungan kelahiran, kematian dan migrasi dengan jumlah penduduk :
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka pertambahan penduduk secara sederhana terbagi menjadi :
1)   Pertumbuhan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk karena adanya selisih antara kelahiran dan kematian.
2)   Pertambahan penduduk sosial yaitu pertambahan penduduk disebabkan selisih antara kelahiran kematian dan migrasi
b.    Penyebab tidak langsung
Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk secara tidak langsung melalui variabel antara yaitu keadaan sosial ekonomi dan budaya. Menurut King Sley Davis dan Judith Blake, variabel antara yang dapat mempertinggi / menekan fertilitas suatu masyarakat yaitu :
1)   Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan oleh hubungan kelamin (inter couse variable)
2)   Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk konsepsi (conception variable)
3)   Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran selamat (gestation variable)
Usia perkawinan juga akan berpengaruh pada dinamika penduduk, jika perkawinan terjadi pada usia muda maka usia reproduktif yang dialami oleh pasangan usia muda tersebut akan lebih panjang daripada pasangan usia lanjut akibatnya kemungkinan jumlah anak yang dihasilkan oleh pasangan muda akan lebih banyak daripada pasangan usia lanjut.
Status sosial, pekerjaan dan latar belakang pendidikan sedikit banyak berpengaruh pada tinggi rendahnya fertilitas maupun mortalitas dalam suatu masyarakat. Tingkat fertilitas umur lebih rendah pada wanita yang berusia lebih tua yang mempunyai penghasilan lebih rendah. Ini karena tingkat ekonomi masyarakat rendah sehingga secara tidak langsung status sosial ekonomi berpengaruh pada dinamika penduduk

C.  FAKTOR DEMOGRAFI YANG MEMPENGARUHI LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
Laju pertumbuhan penduduk (Growht Rate)  ditentukan oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan tingkat kematian kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1000 penduduk pertahun.
Dengan demikian ada 4 kemungkinan dari 2 variabel ini :
1.    Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi
2.    Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah
3.    Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah
4.    Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi

D.  TRANSISI DEMOGRAFI
Transisi demografi adalah berkembangnya keadaan peralihan penduduk yang semula relatif tetap (stationer) berkembangnya dengan pesat dan akhirnya mencapai tetap (stationer) kembali.
Ada beberapa tahap dalam transisi demografi, yaitu :
1.    TAHAP I
Tingginya tingkat kelahiran diimbangi dengan tingkat kematian yang tinggi pula. Pertumbuhan penduduk tetap atau sedikit
2.    TAHAP II
Kematian turun, tingkat kelahiran masih tetap tinggi, akibatnya laju pertumbuhan penduduk akan naik.
3.    TAHAP III
Terjadi migrasi, usia kawin meningkat, pelayanan dan pemakaian kontrasepsi yang luas, sehingga kematian rendah yang diimbangi oleh kelahiran yang rendah pula. Laju pertumbuhan penduduk akan rendah
Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya mortalitas antara lain :
1.    Perkembangan teknologi di bidang pertanian dan perkembangan industri modern / dewasa ini dikenal juga revolusi hijau yang ada pada masyarakat Indonesia ditetapkan sebagai panca usaha di bidang pertanian.
2.    Munculnya pemerintahan yang relatif stabil / mantap yang memungkinkan mantapnya fasilitas penyaluran bahan makanan dan jasa.
3.    Kemajuan sanitasi lingkungan menimbulkan kondisi lingkungan yang sehat.
4.    Kemajuan di bidang kedokteran, gizi, pengobatan dan program-progran kesehatan masyarakat.
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi mortalitas, didasarkan pada :
1.    Berdasarkan penelitian, kematian di desa pada umumnya lebih rendah dibanding di kota (mutu kehidupan yang lebih sehat di desa)
2.    Pilihan terhadap perkerjaan / profesi yang juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya mortalitas dan lingkungan pekerjaan yang tidak sehat (tambang, pabrik, percetakan, lingkungan berdebu dan sebagainya) meningkatkan mortalitas.
Promortalitas adalah kondisi penentu di dalam sekelompok manusia (keluarga, suku dan sebagainya) yang menyebabkan angka kematian di dalam kelompok tersebut tetap tinggi. Kondisi ini meliputi :
1.    Kondisi subyektif (kondisi, agama, kepercayaan) misalnya berani membela agama (wali sahid) dan membela negara (patriot) berani mati menyongsong maut karena kepercayaan dapat masuk surga / nirwana
2.    Rasa malu (wirang) terdapat di masyarakat membuat orang mau membunuh diri (tekanan sosial) misalnya harakiri di Jepang.
3.    Kondisi obyektif (keadaan alam, ekonomi, sosial dan sebagainya) misal :
a.    Bencana alam banyak menelan korban (banjir, gempa dan sebaginya)
b.    Kelaparan / kekurangan makan karena kegagalan panen atau paceklik
c.    Peperangan
d.   Keracunan akibat polusi (air, tanah, udara)
e.    Ketagihan minuman keras (candu) dan bahan narkotika
f.     Kondisi pendapatan yang rendah, kondisi ini dapat berakibat gawat karena siklus yang terjadi akibat kondisi tersebut (diagram berikut).
Anti mortalitas adalah seluruh kondisi penentu di dalam sekelompok manusia (keluarga, suku dan sebaginya) yang menyebabkan angka kematian di dalam kelompok tersebut menurun). Kondisi ini meliputi :
1.    Kondisi subyektif (tradisi, agama, kepercayaan) misalnya
a.    Larangan terhadap bunuh diri atau membunuh orang lain. Baik berdasarkan agama ataupun hukum negara.
b.    Jangan mudah menyerah dalam hidup.
2.    Kondisi obyektif (kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik) misalnya :
a.    Kondisi kehidupan yang lebih menurunkan jumlah kematian bayi hilang atau wabah penyakit.
b.    Kondisi teknologi maju membantu terciptanya kondisi kesehatan, keamanan dan penghindaran terhadap bencana alam
c.    Kondisi pendidikan yang baik menyebar luaskan ilmu dan kesadaran terhadap hidup yang sehat
d.   Kondisi sanitasi yang baik menciptakan lingkungan tempat tinggal yang baik.
Rumus Menghitung Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah bertambahnya penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya. Perhitungan pertumbuhan penduduk alami dapat dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu angka kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk ini dinyatakan dengan persen (%).
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah ada dapat kita ketahui angka kelahiran kasar (CBR) pada propinsi tersebut adalah   sebesar 134 dan angka kematian kasar (CDR) sebesar 91, sedangkan jumlah penduduk adalah 7.584.000 jiwa maka tingkat pertumbuhan penduduk alami wilayah tersebut adalah sebagai berikut.
Pertumbuhan Penduduk =   CBR-CDR × 100%
       = 134 - 91 × 100%
     = 0,43%
Jadi pertumbuhan penduduk alami wilayah tersebut adalah 0,43 %.
Atau rumusnya menghitung pertumbuhan penduduk :
Keterangan lengkap :
- p        =        pertumbuhan penduduk
- l         =        total kelahiran
- m       =        total kematian
- e        =        total emigran atau pendatang dari luar daerah
- i         =        total imigran atau penduduk  yang pergi


E.  Masalah kependudukan di Indonesia
1.      Jumlah dan pertumbuahan penduduk
Orang pertama yang mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert melthus yang hidup pada tahun 1886-1824 dalam edisi pertamanya Essay on population tahun 1798 Melthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu penduduk seperti bahan makanan adlah penting bagi kehidupan manusia dan nafsu manusia tidak dapat tertahan dan tidak terbatas atas dua hal tersebut dia mengemukakan pendapatnya bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pertumbuhan bahan makanan. Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu jumlah penduduk meningkat secara geografis (deret ukur) sedangkan kebutuhan hidup kian meningkat secara alat arit matika (deret hitung), akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup.
Sementara pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu di pengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi).
Peristiwa kelahiran di suatu daerah menyebabkan perubahan jumlah dan komposisi penduduk, sedangkan peristiwa kematian  dapat menambah maupun mengurangi jumlah penduduk di suatu daerah. Mengurangi bagi yang di tinggalkan dan menambah bagi daerah yang di datangi. Selain penyebab langsung seperti kelahiran, kematian dan migrasi terdapat penyebab tidak langsung seperti keadaan social,ekonomi, budaya, lingkungan, politik dsb. Pertumbuhan penduduk seperti dikemukakan di atas dapat di katakana terlalu tinggi karena dapat menimbulkan berbagai persoalan. Jadi apabila pertubuhan penduduk di Indonesia tahun 1990 sebesar 2,15% pertahun di perlukan investasi sebesar 2,15 kali 4 sama dengan 8,6% pertahun. Sedangkan tingkat pertumbuhan GNP di Indonesia pda tahun yang sama hanya mencapai 4% pertahun.difisit antara kemampuan dan kebutuhan sebesar 8,6%-4%=4% ditutup pinjaman dari luar negeri. 
2.       Persebaran dan kepadatan penduduk.
Permasalahan yang muncul adalah tidak meratanya kepadatan penduduk antara daerah di Indonesia, secara ekonomi permasalahan yang muncul dari kondisi ini adalah rendahnya produktifitasnya daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah.
a.       Stuktur umur penduduk
Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk utama, pengelompokan penduduk berdasarkan dua karakteristik tersebut selalu di perlukan dalam menganalisis data. Melalui analisis komponen penduduk berdasarka umur dan jenis kelamin disitu daerah atau Negara dapat di hitung berbagi perbandingan atau rasio antara lain rasio jenis kelamin waktu lahir atau sex rasio birth, rasio ibu dan anak (wild women rasio) dan rasio beban ketergantungan (dependenty rasio). Komposisi penduduk di Indonesia termasuk dalam model ekposive atau umur muda mengandung masalah penyediaan lapangan kerja pendidikan dan beban kelompok produktif.
b.      Kelahiran dan kematian
Kelahiran: ukuran tingkat kelahiran yang di gunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) dan angka kelahiran menurut umur atau age pseciic fertility rate(ASFR) .
Kematian: ukuran tingkat kematian yang di gunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kematian bayi atay infant mortality rate (IMR), Karena IMR merupakan salah satu indicator yang penting yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Di samping itu IMR dapat di pakai sebagai alat monitoring situasi kependudukan sekarang maupun sebagai alat untuk mengidentifikasi kelompok umur penduduk tertentu yang mempunyai resiko kematian tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

BKKBN (2001) Petunjuk teknis Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.  BKKBN. Jakarta                

Iskandar. 2009.Psikologi Pendidikan. Cipayung: Gaung Persada (GP ) Press

Mahmud, Drs. M. Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE

Saifuddin Abdul Bari (2003) Buku panduan Praktis Kontrasepsi. YBPSP. Jakarta

Tika Fardina. 2013. Teori Belajar Humanistik. http://tikafardina.blogspot.com /2013/01/teori-belajar-humanistik.html (Diunduh pada tanggal 11 November 2013)


Uno, M. Pd, Dr. Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Kesehatan Maternal Dan Bayi Baru Lahir Dalam Situasi Kritis

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak

Salah satu ukuran untuk menggambarkan pencapaian hasil pembangunan suatu negara termasuk pembangunan bidang kesehatan digunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Beberapa indikator IPM adalah kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Salah satu indikator kesehatan adalah umur harapan hidup sebagai ukuran pencapaian derajat kesehatan masyarakat. IPM negara Indonesia berada di peringkat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand.

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yag berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,30%, usia produktif (15-64 tahun) sebesar 65,05 % dan usia lanjut (> 65 tahun) sebesar 5,65%. Dengan beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebesar 53,73 %. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2006 sebesar 49,90%.

Angka kematian Ibu/maternal bersama dengan Angka kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan . AKI mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian Bayi di Indonesia sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (BPS,2007). Angka ini sedikit menurun dibandingan dengan AKB tahun 2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Program-programnya adalah penurunan AKB merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKABA di Indonesia sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup (BPS,2007)

Situasi penyakit menular yang menimbulkan kesakitan pada Maternal, bayi dan anak yaitu Malaria, TB-Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia dan Antraks.

Kesehatan Wanita dan Anak :

Kesehatan wanita bertujuan untuk memberikan kesejahteraan. Salah satu pencegahan kesakitan pada wanita meliputi skrining dan diagnosis melalui manajemen pencegahan yang memahami bahwa wanita merupakan manusia yang unik. Dalam manajemen pencegahan ini meliputi identifikasi insidensi umum, tingkat keparahan dan faktor resiko.

Alasan mengapa kesehatan wanita menjadi penting adalah bahwa populasi wanita di dunia pada umumnya akan lebih banyak dibandingkan populasi laki-laki. Hal ini dikarenakan bahwa ekpektansi usia harapan hidup wanita lebih panjang dibandingkan usia harapan hidup laki-laki (familiar paradox). Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun negara. UHH penduduk Indonesia sebesar 69,09 tahun (BPS,2007)

Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi, budaya, perilaku dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biologi. Salah satu peran faktor biologi adalah hormon. Dalam siklus kehidupan dan reproduksi peran hormon tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam masa usia reproduksi yaitu usia 15 - 45 tahun dari pubertas sampai menopouse tidak terlepas dari peran hormon estrogen. Hormon estrogen ini akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia. Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Selain faktor biologi terdapat faktor Faktor confounding yaitu kesehatan fisik, genetik, paparan lingkungan, diet dan akses kepada pelayanan kesehatan.

Kesehatan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan wanita. Salah satu indikator kesehatan umum dan kesejahteraan suatu masyarakat adalah angka kematian dan kesakitan pada bayi/anak. Keadaan ini juga memberi dampak pada kesakitan dan kematian pada ibu/wanita. Sebagai contoh karena suatu proses persalinan lama menyebabkan cedera jalan lahir sehingga menimbulkan penurunan kesehatan ibu dan atau bayi. Keadaan malformasi kongenital dan target aborsi oleh karena seleksi jenis kelamin menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.

Kesakitan dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut. Faktor biologi dan diskriminasi gender menjadi faktor penyebab. Berikut ini adalah permasalahan kesehatan ibu dan anak dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan:

1. Pada masa infant :
• Bayi laki-laki lebih banyak yang dilahirkan dibandingkan dengan wanita karena adanya seleksi jenis kelamin dan tidak adekuatnya pelaporan dari regristrasi kelahiran.
• Kematian pada masa infant memiliki resiko pada minggu pertama oleh karena
– Komplikasi kehamilan
– Premature
– BBLR
– Tidak adekuat prenatal care
• Faktor penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian pada Infant adalah kemiskinan, tidak adekuat dukungan sosial dan kurang akses ke pelayanan kesehatan.

2. Masa Childhood:
• Resiko kematian 2 kali pada anak usia 1-4 tahun dibandingkan usia 5-14 tahun
• Adanya perlakuan giskriminasi gender sebagai contoh bayi wanita lebih cepat disapih sehingga mempunyai resiko kontaminasi makanan, resiko kekurangan nutrisi, kurang akses ke pelayanan kesehatan dan pengobatan.
• Resiko morbiditas dan mortalitas karena kondisi Infeksi, terserang Parasit ISPA, kelainan kongenital, cedera dan keracunan.
• Anak dapat menjadi target dari:
– Violence
– Abuse
– Neglect

3. Masa Remaja

Merupakan turbulance stage dalam siklus kehidupan karena pada masa remaja terjadi perubahan fisiologis, psikologis dan sosial.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi proses adapatasi dari peran hormon.
Resiko morbiditas dan mortalitas oleh perilaku seperti cedera dan keracunan.
Morbiditas disebabkan oleh:
– STD
– HIV/AIDS
• Peran penting dari faktor sosial yaitu ekspektasi peran gender pada remaja :
• Laki-laki dengan gambaran fisik tinggi dan atletis;
• Wanita dengan gambaran kurus, langsing berresiko kurang gizi, anoreksia, bulimia;
• Target konsumen seperti rokok, obat-obatan, alkohol, sport (motor, mobil).

4. Masa Dewasa :
• Peran sosial baru, dan tanggungjawab sosial
• Muncul Isu-isu reproduksi manusia, perkawinan dan karier

5. Masa Transisi manula :
• Perimenopouse dan menopouse
• Perubahan endokrin yang menimbulkan gejala rasa panas pada wajah, atropy vagina, penambahan berat badan, insomnia, perubahan mood dan depresi
• Resiko osteoporosis dan penyakit jantung
• Therapy sulih hormon (Human Replacement Therapy)



6. Menoupouse :
• Reaksi obat
• Ketidakseimbangan fungsi kognitif dan motorik
• Insomnia
• Gangguan afektif
• Resiko bunuh diri

Dalam konteks kesehatan wanita dalam kesehatan reproduksi terdapat permasalahan kesehatan wanita sepanjang siklus kehidupan :

Infant dan masa anak-anak ( 0-9 tahun)
– Seleksi jenis kelamin
– Sunat wanita
– Diskriminasi dalam nutrisi
– Diskriminasi dalam pelayanan kesehatan

Remaja (10-19 tahun)
– Memilliki anak (Early childbearing)
– Aborsi
– PMS dan AIDS
– Defisiensi mikronutrien dan kekurangan gizi
– Peningkatan trend penyalahgunaan obat

Usia reproduktif
– Unplanned pregnancy
– Penyakit menular seksual (STDs) dan AIDS
– Aborsi
– Komplikasi kehamilan
– Malnutrisi khususnya defisiensi Fe

Post reproduksi
– Penyakit kardiovaskuler
– Kanker gynaecology
– Osteoporosis
– Osteoartritis
– Diabetes mellitus

Dari seluruh permasalahan kesehatan dalam rentang kehidupan faktor kekerasan berbasis gender, paparan masalah kesehatan dan lingkungan kerja dan depresi merupakan faktor penyebab yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan dan reproduksi wanita.


Kesehatan Reproduksi :

Bagian dari kesehatan wanita adalah kesehatan reproduksi wanita. Permasalahan seputar kesehatan reproduksi wanita sangat kompleks namun seringkali terabaikan oleh karena perlakuan diskriminasi gender. Misi Maternal and child health (MCH) adalah melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada wanita dalam siklus kehidupannya. Sejak dulu kesehatan wanita selalu dihubungkan dengan:fertilitas dan maternity yaitu kesuburan dan tanggungjawab rumah tangga serta sosial.

Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan

Mengapa kesehatan reproduksi ?
Kesehatan reproduksi menjawab pertanyaan mengenai bagaimana memaksimalkan kesehatan reproduksi pria dan wanita. Kesehatan reproduksi manusia dimulai dengan pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi yang ditandai dengan pubertas. Pubertas berlanjut selama siklus hidup pria sedangkan pada wanita akan berhenti saat menopous. Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh kondisi kesuburan dan hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas seksual, kehamilan dan kontrasepsi.

Perawatan Kesehatan Reproduksi
Suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan reproduksi dan kesejahteraan melalui pencegahan dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi mencakup perawatan kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan hubungan antar pribadi dan bukan hanya perihal konseling, dan proses reproduksi dan penyakit menular seksual

Implikasi definisi kesehatan reproduksi
Setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual yg memuaskan dan aman bagi dirinya dan mampu menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa hambatan apapun, kapan dan beberapa sering untuk memiliki keturunan
Hak-hak Reproduksi berdasarkan kesepakatan konferensi internasional kependudukan (ICPD) tahun 1994 di Kairo merumuskan hak reproduksi yaitu :


Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi
Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

Perawatan primer kesehatan reproduksi ICPD, 1994
- Bimbingan dalam melaksanakan KB termasuk didalamnya adalah pemberian pendidikan, komunikasi, informasi, konseling dan pelayanan kontrasepsi
- Pendidikan dan pelayanan untuk perawatan pranatal
- Penanganan proses kelahiran yang aman
- Perawatan pascanatal, khususnya pemberian ASI, perawatan kesehatan bayi, anak dan Ibu
- Pencegahan dan pengobatan yang memadai terhadap infertilitas
- Penanganan terhadap aborsi
- Pengobatan ISK
- Pelayanan PMS, HIV/AIDS serta kanker alat reproduksi
- Informasi pendidikan dan konseling terhadap seksualitas

Paket pelayanan kesehatan reproduksi meliputi :
Paket pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK) adalah pelayanan kesehatan reproduksi yang mencakup semua pelayanan tentang masalah kesehatan reproduksi dan seksual yang terjadi pada semua siklus kehidupan.
Komponen pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif terdiri dari :
1. Kesehatan ibu anak
2. Remaja
3. Infertilitas
4. Kekerasan terhadap perempuan
5. Safe Motherhood
6. PMS dan HIV/AIDS
7. Penyakit kanker kesehatan reproduksi
8. Masalah usia lanjut

Paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE) yang ditujukan untuk masalah kesehatan reproduksi prioritas.
Prioritas pelayanan kesehatan reproduksi esensial
1. KB
2. Safe Motherhood
3. Pencegahan dan manajemen komplikasi aborsi
4. PMS, HIV/AIDS
5. Pencegahan dan manajemen infertilitas
6. Kesehatan reproduksi remaja

Kesehatan reproduksi dan kualitas keluarga
- Mikro ekonomi
- Makro ekonomi
- Kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak

Tingkat makro ekonomi meliputi :
- Sarana pelayanan terhadap kebutuhan penduduk/kapita untuk negara berkembang
- Penduduk yang kurang berpendidikan dan lebih miskin akan cenderung memiliki anak lebih banyak
- Lebih sering melahirkan cenderung mengeluarkan biaya yang lbh banyak
- Kesempatan partisipasi wanita dalam pasar kerja : anak banyak VS anak sedikit
- Jumlah penduduk yang banyak akan berkaitan dengan kerusakan lingkungan

Tingkat mikro ekonomi
- Meningkatnya rata-rata umur perkawinan dan melahirkan anak pertama
- Rata-rata anggota keluarga dan rumah tangga mengecil jumlahnya
- Beban ketergantungan mengalami perubahan berdampak meningkatnya penduduk usia lanjut
- Peningkatan jumlah kepala rumah tangga wanitaoleh karena usia harapan hidup wanita lebih panjang
- Keterlibatan wanita dalam pasar kerja meningkat

Kualitas keluarga
- Menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dengan mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
- Menjarangkan jarak kelahiran anak dapat mengurangi resiko kematian bayi dan anak
- Memberikan keuntungan kpd pasangan,keluarga,dan masyarakat secara keseluruhan
- Membantu remaja untuk mengambil keputusan dalam memilih kehidupan yang lbh baik dengan merencanakan proses reproduksinya
- Memungkinkan pria untuk ikut bertanggungjawab dalam kesehatan reproduksi dan keluarga


Hak-hak reproduksi dan masalah kematian ibu, bayi dan anak adalah :
- Hak- hak hidup, kebebasan dan keamanan
- Hak-hak untuk membentuk keluarga dan kehidupan berkeluarga
- Hak-hak terhadap pelayanan kesehatan dan benefit perkembangan ilmu pengetahuan
- Hak-hak kesetaraan dan non diskriminasi

A. Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatn, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar.

Visi dan Misi Departemen Kesehatan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka untuk mencapai upaya tersebut adalah :

1. Pelayanan Kesehatan Dasar yang terdiri dari
a. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4.

b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 70,62 % - 77,21 %.

c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh masyarakat,dll) sebesar 22,08%.

Resti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg, diastole > 90 mmHg). Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.

d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu lagi pada umur 8-28 hari (KN2).

Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) pada tahun 2007 sebesar 77,16%.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita terjadi antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%). Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15-19 tahun adalah 1,79 untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.

3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT, Campak, Polio, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1; DT dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensial/resti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.

Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti eilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target nasional UCI 80%.

Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang sedang berlangsung diantara meliputi :
• Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI)
• Rencana Kesehatan Remaja Nasional
• kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan, penularan vertikal HIV dan syphilis dalam kehamilan
• Making Pregnancy Safer
• Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS